nama : scholastika f
nim :13.230.0071
kelas : 1p51
Migrasi IP Jaringan dari IPv4 ke IPv6
Di dunia jaringan internet kita tahu
bahwa agar setiap perangkat bisa saling berhubungan atau berkomunikasi
satu dengan lainnya, maka setiap perangkat dalam jaringan itu harus
diberi alamat (address). Melalui pengalamatan yang unik inilah maka
setiap perangkat dapat terhubung ke internet dan keberadaannya diketahui
dari identitas alamatnya. Tanpa alamat atau identitas itu maka setiap
perangkat dalam jaringan tidak akan dapat melakukan koneksi dan
pertukaran informasi.
Alamat dimaksud tiada lain adalah
Internet Protocol (IP) address. IP yang sehari-hari kita kenal hingga
saat ini adalah IP versi 4 (IPv4). IPv4 yang diperkenalkan pada tahun
1981, dan kini jumlahnya kian menipis karena sebagian besar sudah
dialoksikan dan gunakan oleh berbagai perangkat jaringan seperti Server,
Router, Kartu-kartu jaringan NIC (Network Interface Card), Bandwidth
Management, Firewall, Access Point/HotSpot, Switch/Hub, maupun perangkat
lainnya seperti Komputer, Laptop, PDA, Hand Phone, dan sebagainya.
IPv4 akan Habis Terpakai Tahun 2011
IPv4 terdiri dari atas 32 bit yang dikelompokkan ke dalam 4 segmen, yang setiap segmennya terdiri dari 8 bit dan masing-masing dibatasi dengan notasi titik. Contoh IPv4 adalah: 192.168.1.1. Karena IPv4 terdiri atas 32 bit maka jumlah keseluruhan atau total alamat IP yang dihasilkannya sebanyak 2 pangkat 32 (2^32), yaitu sekitar 4,29 milyar alamat. Dari jumlah itu diperkirakan ada 4 milyar alamat sudah digunakan oleh berbagai perangkat jaringan, sisanya hanya kurang lebih 7 persen saja, dan menurut perhitungan matematis diperkirakan akan habis pada akhir tahun 2011.
IPv4 terdiri dari atas 32 bit yang dikelompokkan ke dalam 4 segmen, yang setiap segmennya terdiri dari 8 bit dan masing-masing dibatasi dengan notasi titik. Contoh IPv4 adalah: 192.168.1.1. Karena IPv4 terdiri atas 32 bit maka jumlah keseluruhan atau total alamat IP yang dihasilkannya sebanyak 2 pangkat 32 (2^32), yaitu sekitar 4,29 milyar alamat. Dari jumlah itu diperkirakan ada 4 milyar alamat sudah digunakan oleh berbagai perangkat jaringan, sisanya hanya kurang lebih 7 persen saja, dan menurut perhitungan matematis diperkirakan akan habis pada akhir tahun 2011.
Jika alamat IPv4 habis maka pertumbuhan
dan perkembangan jaringan internet beserta infrastrukturnya tentunya
akan mengalami stagnasi. Untuk mengantisipasi hal ini maka IETF
(Internet Engineering Task Force) sejak beberapa tahun yang lalu telah
merancang IPv6 (Internet Protocol version 6) dan dimasukkan ke dalam
Internet Standard di dokumen RFC nomor 2460 ITU (International
Telecommunication Union).
Sekilas tentang IPv6
1. Pengalamatan
Alamat IP versi 6 (IPv6) adalah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IPv6. Tidak seperti IPv4 yang hanya terdiri 32 bit, maka panjang total IPv6 adalah 128-bit, dan oleh karena itu secara teoritis dapat mengalamati hingga 2^128 = 3,4 x 10^38 perangkat jaringan dan komputer di seluruh dunia. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis, setidaknya hingga beberapa puluh tahun ke depan dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan tabel routing.
1. Pengalamatan
Alamat IP versi 6 (IPv6) adalah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IPv6. Tidak seperti IPv4 yang hanya terdiri 32 bit, maka panjang total IPv6 adalah 128-bit, dan oleh karena itu secara teoritis dapat mengalamati hingga 2^128 = 3,4 x 10^38 perangkat jaringan dan komputer di seluruh dunia. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis, setidaknya hingga beberapa puluh tahun ke depan dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan tabel routing.
Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga
mengizinkan adanya DHCP Server sebagai pengatur alamat otomatis. Jika
dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static address, maka dalam IPv6
konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP Server dinamakan stateful
address configuration, sementara jika konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP
Server dinamakan stateless address configuration.
Seperti halnya IPv4 yang menggunakan
bit-bit pada tingkat tinggi (high-order bit) sebagai alamat jaringan dan
bit-bit pada tingkat rendah (low-order bit) sebagai alamat host, dalam
IPv6 juga terjadi hal yang serupa. Dalam IPv6 bit-bit pada tingkat
tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang
disebut dengan Format Prefix (FP). Jika pada IPv4 ada Subnet Mask, maka
pada IPv6 tidak ada Subnet Mask, yang ada hanyalah Format Prefix.
2. Fomat IPv6
Pada IPv6 alamat 128-bit dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit yang dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format (:), berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format (.).
Pada IPv6 alamat 128-bit dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit yang dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format (:), berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format (.).
Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:
001000011101101000000000110100110000000000000000001011110011101100000010101010100 00000001111111111111110001010001001110001011010
001000011101101000000000110100110000000000000000001011110011101100000010101010100 00000001111111111111110001010001001110001011010
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk
notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas harus dibagi
ke dalam 8 buah blok berukuran 16-bit sebagai berikut:
0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000
001011110011101100000010101010 10 0000000011111111
1111111000101000 1001110001011010
Kemudian setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut:
21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A
Kemudian setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut:
21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A
3. Penyederhanaan Format
Alamat IPv6 di atas juga dapat disederhanakan lagi dengan membuang angka 0 pada awal setiap blok yang berukuran 16-bit dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan membuang angka 0, alamat di atas disederhanakan menjadi: 21DA:D3:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A
Alamat IPv6 di atas juga dapat disederhanakan lagi dengan membuang angka 0 pada awal setiap blok yang berukuran 16-bit dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan membuang angka 0, alamat di atas disederhanakan menjadi: 21DA:D3:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A
Konvensi pengalamatan IPv6 juga
mengizinkan penyederhanaan alamat lebih jauh lagi, yaitu dengan membuang
banyak karakter 0 pada sebuah alamat yang banyak angka 0 nya. Jika
sebuah alamat IPv6 yang direpresentasikan dalam notasi colon-hexadecimal
format mengandung beberapa blok 16-bit dengan angka 0, maka alamat
tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan tanda dua buah titik
dua (:). Untuk menghindari kebingungan, penyederhanaan alamat IPv6
dengan cara ini sebaiknya hanya digunakan sekali saja di dalam satu
alamat, karena kemungkinan nantinya pengguna tidak dapat menentukan
berapa banyak bit 0 yang direpresentasikan oleh setiap tanda dua titik
dua (:) yang terdapat dalam alamat tersebut.
Misalnya alamat aslinya adalah: FE80:0000:0000:0000:02AA:00FF:FE9A:4CA.
Selanjutnya disederhanakan menjadi: FE80:0:0:0:2AA:FF:FE9A:4CA2.
Jadi alamat yang telah dikompresi menjadi: FE80:2AA:FF:FE9A:4CA2.
Selanjutnya disederhanakan menjadi: FE80:0:0:0:2AA:FF:FE9A:4CA2.
Jadi alamat yang telah dikompresi menjadi: FE80:2AA:FF:FE9A:4CA2.
Untuk menentukan berapa banyak bit
bernilai 0 yang dibuang dan digantikan dengan tanda dua titik dua, maka
kita dapat menghitung berapa banyak blok yang tersedia dalam alamat
tersebut yang kemudian dikurangkan dengan angka 8, dan angka tersebut
dikalikan dengan 16. Sebagai contoh alamat FF02::2 hanya mengandung dua
blok alamat (blok FF02 dan blok 2). Maka jumlah bit yang dibuang adalah:
(8-2) x 16 = 96 buah bit.
4. Format Prefix
Dalam IPv4 sebuah alamat dalam notasi dotted-decimal format dapat direpresentasikan dengan menggunakan angka prefiks yang merujuk kepada subnet mask. IPv6 juga memiliki angka prefiks tapi tidak didugnakan untuk merujuk kepada subnet mask, karena seperti telah dikemukakan di atas, IPv6 memang tidak mendukung subnet mask. Prefiks adalah sebuah bagian dari alamat IP, di mana bit-bit memiliki nilai-nilai yang tetap atau bit-bit tersebut merupakan bagian dari sebuah rute atau subnet identifier.
Dalam IPv4 sebuah alamat dalam notasi dotted-decimal format dapat direpresentasikan dengan menggunakan angka prefiks yang merujuk kepada subnet mask. IPv6 juga memiliki angka prefiks tapi tidak didugnakan untuk merujuk kepada subnet mask, karena seperti telah dikemukakan di atas, IPv6 memang tidak mendukung subnet mask. Prefiks adalah sebuah bagian dari alamat IP, di mana bit-bit memiliki nilai-nilai yang tetap atau bit-bit tersebut merupakan bagian dari sebuah rute atau subnet identifier.
Prefiks dalam IPv6 direpesentasikan
dengan cara yang sama seperti halnya prefiks alamat IPv4, yaitu
[alamat]/[angka panjang prefiks]. Panjang prefiks menentukan jumlah bit
terbesar paling kiri yang membuat prefiks subnet. Sebagai contoh,
prefiks sebuah alamat IPv6 dapat direpresentasikan sebagai adalah:
3FFE:2900:D005:F28B::/64. Pada contoh ini 64 bit pertama dari alamat
tersebut dianggap sebagai prefiks alamat, sementara 64 bit sisanya
dianggap sebagai interface ID.
5. Jenis-jenis Pengalamatan IPv6
IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix, yaitu untuk: (1) Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan, (2) Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan sebuah paket data ke banyak host yang berada dalam group yang sama, seperti dalam komunikasi one-to-many, dan (3) Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data kepada anggota terdekat dari sebuah group, seperti dalam komunikasi one-to-one-of-many, juga digunakan hanya sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada router, bukan kepada host-host biasa.
IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix, yaitu untuk: (1) Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan, (2) Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan sebuah paket data ke banyak host yang berada dalam group yang sama, seperti dalam komunikasi one-to-many, dan (3) Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data kepada anggota terdekat dari sebuah group, seperti dalam komunikasi one-to-one-of-many, juga digunakan hanya sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada router, bukan kepada host-host biasa.
Jika dilihat dari cakupan alamatnya,
alamat unicast dan anycast terbagi menjadi alamat-alamat berikut: (1)
Link-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah
komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam satu
subnet, (2) Site-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan
sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam
sebuah intranet, dan (3) Global Address, merupakan sebuah jenis alamat
yang mengizinkan sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan
komputer lainnya dalam Internet berbasis IPv6.
Proses Migrasi dan Masa Transisi
Proses Migrasi dan Masa Transisi
Kelak jika alokasi IPv4 habis terpakai
dan digantikan oleh IPv6 maka perangkat jaringan berbasis IPv4 tidak
dapat berhubungan dengan perangkat berbasis IPv6. Agar hal seperti ini
tidak terjadi, maka selama masa transisi ini IPv6 dan IPv4 akan
dijalankan bersama-sama yang dikenal dengan nama Dual Stack. Jadi
misalnya komputer dan perangkat jaringan berbasis IPv4 dan IPv6
dijalankan secara bersamaan sehingga jaringan dapat terkoneksi ke
jaringan IPv4 dan secara bersamaan juga dapat terhubung ke jaringan
berbasis IPv6.
Di tingkat dunia tanpa kita rasakan
sebenarnya sudah banyak server penyedia konten laris seperti Google,
Yahoo, dan yang lainnya, sudah mulai melakukan migrasi secara bertahap
dari IPv4 ke IPv6. Demikian pula di Indonesia, sejumlah operator
jaringan dan ISP (Internet Service Provider) sudah memulai proses
pengalihan dari IPv4 ke IPv6.
Indonesia Network Information Center
(IDNIC) lembaga pengelola alokasi IP Address di Indonesia, telah
memberikan berbagai kemudahan kepada lembaga atau perusahaan yang masih
menggunakan IPv4 untuk mengajukan permohonan alokasi IPv6 tanpa biaya.
Migrasi yang dilakukan baik disisi
penyedia (server) maupun pengguna (users) tidak akan menjadi masalah
karena selain masih menggunakan Dual Stack juga kebanyakan Sistem
Operasi (Operating Systems) seperti Windows, Mac-OS, dan Linux sudah
mendukung sepenuhnya proses migrasi tersebut, sehingga kedepan
diharapkan semua sistem dapat berjalan sepenuhnya dengan IPv6.
Implikasi
Implikasi dari proses migrasi ini ada dua hal yang perlu kita waspadai: Pertama, jika kita berniat membeli perangkat elektronik yang berhubungan dengan jaringan internet (Telepon Seluler, Notebook, Netbook, PC, Tablet, Game Console, HDTV, Router, Hub, Switch, dsb) maka hendaknya yang sudah mendukung IPv6 agar tidak menimbulkan masalah kelak di kemudian hari. Sebelum membeli sebaiknya mencari informasi di internet atau tanyakan langsung pada penjualnya apakah peragkat yang hendak dibeli sudah mendukung IPv6 atau belum.
Implikasi dari proses migrasi ini ada dua hal yang perlu kita waspadai: Pertama, jika kita berniat membeli perangkat elektronik yang berhubungan dengan jaringan internet (Telepon Seluler, Notebook, Netbook, PC, Tablet, Game Console, HDTV, Router, Hub, Switch, dsb) maka hendaknya yang sudah mendukung IPv6 agar tidak menimbulkan masalah kelak di kemudian hari. Sebelum membeli sebaiknya mencari informasi di internet atau tanyakan langsung pada penjualnya apakah peragkat yang hendak dibeli sudah mendukung IPv6 atau belum.
Kedua, yang perlu kita perhatikan ialah
jangan sampai kita, karena lupa atau karena menyenanginya misalnya,
tetap mempertahankan perangkat (gadget) lama ber- IPv4, kecuali memang
tidak untuk keperluan berselancar di internet. Sebab jika masa transisi
habis, artinya sistem Dual Stack tidak diberlakukan lagi di jaringan
internet, dan artinya pula semua jaringan internet sudah sepenuhnya
beralih dan berjalan di IPv6, maka perangkat jaringan (termasuk gadget
kita) yang masih ber-IPv4 tidak akan dapat kita gunakan lagi untuk
berselancar di jaringan internet ber-IPv6.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal
ini, maka dari sekarang sebaiknya segeralah beralih ke perangkat,
terutama perangkat yang berhubungan dengan jaringan internet, yang sudah
mendukung (support) IPv6. Kelak jika suatu saat IPv6 diberlakukan
secara penuh di seluruh jaringan internet, baik di Indonesia maupun di
seluruh dunia, aktivitas kita berselancar di internet dapat berlangsung
mulus tanpa terputus.
0 komentar:
Posting Komentar