Di susun
oleh :
Kurnia
Rakhmawati (13.230.0077)
STMIK WIDYA
PRATAMA
2013/2014
MIGRASI
WINDOWS KE LINUX
Di Indonesia ditengah dominannya
monopoli Microsoft harus diakui telah mencengkeram ranah teknologi dan
informasi (TI). Perusahaan yang didirikan oleh Bill Gates tahun 1975 itu
agaknya telah memberikan pengaruh dahsyat dan menggurita dalam penggunaan
komputer di berbagai belahan dunia. Demikian kuat pengaruh Microsoft dalam
dunia TI, sampai-sampai orang mengindentikkan komputer dengan windows.
Walau begitu bersyukur walaupun
bersifat low profile dan tidak diketahui secara luas, ternyata beberapa
perusahaan besar sedang/telah melakukan migrasi dari Platform Windows ke Linux
dalam skala yang cukup besar.
Di sini saya mau sharing pengalaman
saya Migrasi Windows ke Linux, dengan harapan curahan pengalaman ini dapat
memberikan inspirasi atau gambaran bagi kita yang ingin melakukan penghematan
biaya lisensi. Sudah saatnya manajemen melihat migrasi ke Linux ini sebagai hal
yang logis, feasible, dan sudah sepantasnya dilakukan oleh manajemen yang care
terhadap bisnisnya.
Di tempat saya bekerja semula
memakai Windows dan MS Office, Program Client Server aplikasinya di tulis
dengan Visual Basic yang tentunya berbasis Windows. Fakta dilapangan
ditenggarai lebih dari 80% perangkat lunak yang beredar di masyarakat, termasuk
yang digunakan di tempat saya bekerja itu, merupakan perangkat lunak ilegal.
Yang dimaksud dengan perangkat lunak ilegal adalah perangkat lunak yang tidak
berlisensi dari produsen, dalam hal ini produsen yang mendominasi dunia adalah
Microsoft. Dengan kekuatan Microsoft, pada tahun 2012 seluruh perangkat lunak
yang di gunakan di Indonesia harus memiliki lisensi resmi.
Jadi gak heran selama beberapa bulan
terakhir ini Microsoft Indonesia dan rekannya BSA (Business Software Alliance)
getol mengejar2 perusahaan di Indonesia untuk membayar lisensi atas penggunaan
produk2nya. Lisensi paling murah dari MS Office basic yang hanya meliputi Word,
Excel, dan Powerpoint adalah sekitar $150 dollar (atau Rp. 1,5 juta). Kalau
misalkan sebuah perusahaan memiliki 100 PC, maka dia harus membayar sekitar Rp.
150 juta. Belum lagi lisensi OSnya seperti WinXP yang sekitar $140 dollar.
Berarti total harga adalah sekitar Rp. 3 juta per PC, dikali 100 berarti Rp.
300 juta. Belum lagi lisensi servernya, CAL (client access license), dll. Itu
belum termasuk biaya tambahan untuk upgrade ke versi terbaru. Pada akhirnya
Manajemen pun mulai mempertimbangkan mengambil langkah tersebut karena ada
kemungkinan tidak ada peningkatan kapasitas layanan dan dukungan sumber daya
manusia, dan diperlukan biaya tambahan yang sangat mahal untuk aplikasi
pendukung lainya (Adobe Photoshop, Corel DRAW, Anti Virus dan lain lain.
Adapun jika menggunakan Open Source
Sotfware, biaya untuk Operating Sistem Linux dan Open Office Suite adalah
Gratis, Cost yang paling banyak mungkin adalah pada Biaya Pelatihan dan Biaya
Development Web Aplikasi untuk menggantikan Aplikasi Client Server Windows,
yang tentunya tidak Sampai 300 juta lebih, beberapa perusahaan yang telah
migrasi ke Linux, mengatakan bahwa perusahaan-perusahan tersebut telah
menghemat sebagian biaya dalam jangka pendek, dan akan terus menghemat biaya
dalam jangka panjang. Bahkan ada pula sebuah rumah sakit yang memperkirakan
penghematan mencapai lebih dari 50 persen akibat memilih pemakaian Linux dan
software open source lainnya daripada memilih sistem operasi dan aplikasi yang
berbasis software bukan open source atau proprietary.
Dari situ terbukti bahwa pemakaian
linux yang gratis lebih murah daripada biaya pembelian lisensi. Sekadar untuk
gambaran, dapat dihitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk semua
lisensi software proprietary yang sebenarnya dapat digantikan dengan seluruh
isi DVD Distro Linux.
Kembali ke pokok masalah, jadi
akhirnya perusahaan tempat saya bekerja pun mengambil kebijakan untuk segera
dilakukan Migrasi dari Windows-MS Office-Aplikasi Client Server ke
Linux-OpenOffice-Web Aplikasi. Namun tentu saja, migrasi ini tidak semudah yang
kita bayangkan. Walaupun OpenSource itu Gratis tetap ada cost and benefit yang
perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, strateginya adalah:
Pertama Kami melakukan analisa
penggunaan PC dan aplikasinya secara detail atas seluruh PC yang ada. Disini
kita mesti melakukan investigasi atas program2 apa saja yang selama ini
digunakan. Mana PC yang hanya digunakan untuk fungsi2 administratif seperti
mengetik, spreadsheet, bikin tabel. Mana PC yang dipakai untuk menjalankan
program2 tertentu. Program2 apa saja itu, platform dan bahasa pemrograman apa
yang digunakan, dll.
Dari analisa itu jadi ketahuan PC
mana yang dapat dilakukan 100% migrasi, baik dari sisi OSnya, ataupun aplikasi
officenya, PC mana yang dapat dilakukan 50% migrasi, apakah hanya officenya
saja, PC mana yang karena kebutuhan, tidak dapat dilakukan migrasi sama sekali,
alias 0%.
Berdasarkan 3 skenario di atas, kita
buatkan juga analisa biayanya untuk kita persentasikan ke manajemen. Tentu
alangkah baiknya bila seluruh PC dapat kita migrasi 100%, tapi dari pengalaman,
hal ini sulit dicapai karena biasanya ada beberapa fungsi dari perusahaan yang
sudah/sementara ini terlanjur terikat dengan produk Microsoft atau propietary
lainnya.
Dengan menggunakan tahapan analisa diatas, didapatlah
hasil sebagai berikut:
- Sekitar 40% PC yang ada, hanya digunakan untuk keperluan aplikasi office, yaitu word processor dan spreadsheet dimana Filenya sebagian di Share di Server.
- Sekitar 60% PC yang ada menjalankan program accounting, dan Kasir yang ditulis menggunakan VB yang dishare di server.
Baik, disini kita telah dapat mulai
dapat fokus atas apa yang dapat kita migrasikan. Karena waktu yang mendesak,
maka kita konsentrasi ke PC2 yang benar2 dapat dimigrasi.
Dari penjelasan di atas memang
terbersit harapan bahwa kita dapat melakukan penghematan sampai beberapa ratus
juta rupiah dari biaya lisensi. Hal ini tentu bukan jumlah yang kecil dan
perusahaan dapat sedikit bernafas lega.
Namun begitu, berdasarkan
pengalaman, masih ada beberapa analisa yang harus dilakukan demi keberhasilan
proses migrasi ini, yaitu:
- Perlu diperiksa lagi sampai sejauh mana penggunaan feature2 yang spesifik milik MS Office yang digunakan oleh user di dalam dokumen officenya. Sebab walaupun OpenOffice telah dapat mengakomodasi sebagian besar fungsi dan feature dari MS Office, tetap saja tidak 100% compatible. Bila ternyata kita menemukan fungsi2 yang tidak berjalan di OpenOffice, maka kita mesti memikirkan solusinya, apakah memang tidak dapat dilakukan sama sekali di OpenOffice, ataukah OpenOffice telah dapat melakukannya namun mesti dari file yang murni native dalam format OpenOffice.
- Dan yang tentunya tidak kalah pentingnya adalah melakukan backup terlebih dahulu terhadap semua file yang akan dipakai. Sehingga ketika sewaktu2 ditemukan masalah, maka versi awalnya masih ada.
- Hal terakhir yang saya alami juga penting adalah, memberikan pengertian kepada user, mengapa migrasi ini dilakukan. Berikan penjelasan yang dapat diterima user, dan juga bimbinglah dan sertai user di dalam menggunakan program2 yang baru tersebut. Berikanlah perbandingan2 yang dapat dilihat langsung oleh user, misalnya untuk print di MS Office kita kan buka menu ini dan ini…, nah di OpenOffice kita bukanya menu ini dan ini…
Memilih Distro Linux yang tepat
untuk Migrasi
Dibandingkan dengan OS Windows, OS
Linux memiliki bentuk yang berbeda, karena pada dasarnya bersifat Open Source
maka tidak heran banyak sekali beredar versi versi OS Linux yang berbeda, dalam
Migrasi ini tentunya harus kita pilih Distro Linux mana yang cocok dipakai
untuk user yang sudah terbiasa memakai Windows, jatuh pilihan akhirnya pada
Distro Linux Mint merupakan salah satu distribusi Linux yang berbasiskan Debian
dan merupakan Turunan Ubuntu.
Inti dari LinuxMint adalah merupakan
turunan Ubuntu, sehingga aplikasi yang dapat berjalan di Ubuntu, juga bisa
berjalan pada LinuxMint. Walaupun inti dari LinuxMint adalah Ubuntu, LinuxMint
hadir dengan tampilan yang berbeda dengan Ubuntu.
Perbandingan dengan Ubuntu,
LinuxMint memiliki menu start yang berbeda dengan Ubuntu. Dilengkapi dengan
pencarian dan aplikasi favorit, pada edisi Main, LinuxMint sudah terintegrasi
dengan codec multimedia yang umum digunakan. Sehingga pengguna dapat langsung
memainkan file mp3 dan sudah terintegrasi dengan Java Runtime.
Ada 9 Alasan Kenapa Linux Mint adalah Distro Linux
yang tepat untuk Migrasi Windows ke Linux.
- Pengoperasian (instalasi dan pemakaian) OS Linux Mint tidaklah terlalu sulit, bahkan sudah semudah OS Windows. Begitu juga dengan aplikasi-aplikasinya, misal aplikasi Open Office di OS Linux Mint bisa digunakan semudah menggunakan Ms Office di OS Windows, silahkan coba.
- Hampir atau bahkan semua software yang saya butuhkan terpenuhi mulai dari audio/video player, office, internet, games, graphic, programming, dsb. Bagi User yang awalnya ragu dalam hal ini, tapi setelah mereka tahu bahwa semua software yang di butuhkan ada di OS Linux Mint maka pastinya menjadi semakin mantap meninggalkan OS Windows.
- Tidak lagi pusing memikirkan keamanan data, tapi bukan berarti Linux Mint aman atau bebas dari virus/malware/worm dsb, namun setidaknya ?programmer? program ?jahat? untuk OS Linux Mint belum sebanyak pada OS Windows, selain karena arsitektur n karakteristik dari OS Linux Mint lebih secure dibandingkan dengan OS Windows.
- Performance baik dari sisi tampilan maupun kecepatannya bisa dibandingkan dengan OS Windows (XP/Vista/7). Jika kita masih merasa lebih nyaman menggunakan tampilan sama karakteristik OS Windows maka kita bisa menggunakan theme OS Windows pada OS Linux Mint, sehingga kita akan merasakan atmosfir OS Windows yang akan membuat kita tidak canggung lagi.
- Fitur yang dimiliki OS Linux Mint sudah selengkap dan secanggih OS Windows bahkan lebih. Sepertinya apapun fitur yang kita jumpai di OS Windows maka fitur sejenis juga akan kita jumpai di OS Ubuntu. Bahkan beberapa fitur justeru lebih baik daripada OS Windows.
- Dukungan terhadap hardware komputer sudah cukup bahkan sangat memadai. Jadi kalau punya LAptop jangan ragu buat install Linux Mint.
- Jika ada masalah atau yang ingin ditanyakan tentang OS Linux Mint maka kita bisa menemukan sejuta solusi atau jawaban di internet (website official/unofficial,forum,milis,web pribadi) atau bahkan pada komunitas-komunitas di dunia nyata.
- Karena gratis sehingga saya tidak perlu mengeluarkan dana terlalu banyak untuk aplikasi pada komputer saya. Meski bisa saja pakai bajakan, namun kelihatannya sudah tidak tren lagi menggunakan yang bajakan, apalagi sudah ada solusinya yaitu menggunakan OS Linux Mint jadi tidak ada istilah darurat lagi.
- OS Linux Mint memiliki aplikasi bernama WINE, yaitu sebuah aplikasi yang bisa menjalankan ?semua? aplikasi OS Windows, misal kita ingin menggunakan Ms Office, maka kita bisa menginstall MS Office kita menggunakan aplikasi WINE, aplikasi-aplikasi OS Windows lain juga bisa seperti : Dreamweaver, Firework, Winamp, dsb.
Cara Install Aplikasi di Linux
Sampai saat ini Instalasi software
di Linux masih dianggap sesuatu yang sulit bagi user Windows pemula karena
terlalu banyak dependency yang diperlukan untuk program aplikasi yang kita
inginkan. Terkadang saling keterkaitan antar dependency membuat pengguna Linux
sakit kepala hanya untuk masalah instalasi program aplikasi. Inilah istilah
yang disebut Dependencies Hell.
Dependency adalah library external
yang dipakai untuk menjalankan program. Sama seperti DLL (Dynamic Linking
Library) di program aplikasi Windows. Tetapi tidak seperti aplikasi Windows
yang mana setiap kita menginstalnya maka semua DLL yang diperlukan akan ikut
diinstal sehingga duplikatnya memenuhi ruang harddisk. Di Linux, program
aplikasi akan memeriksa apakah library yang diperlukan sudah ada? Jika belum
maka kita akan diberitahu dependency apa saja yang diperlukan untuk menginstal
dan menjalankan program yang dimaksud.
Linux Minth, Ubuntu dan distro linux
lain dengan kernel modern masa sekarang umumnya sudah mempermudah pengguna
dengan program Package Manager. Dengan Package Manager pengguna hanya tinggal
mengklik atau mengetikkan nama program aplikasi apa yang akan diinstall maka aplikasi
berikut dependency yang dibutuhkan akan ikut diinstall ke dalam komputer. Cukup
mudah bukan? Di Ubuntu package Manager itu bernama APT (Advanced Packaging
Tool) yang berbasis command line atau Synaptic Package Manager (Frontend GUI).
Synaptic Package Manager Instalasi
melalui frontend GUI Synaptic sangat menyenangkan. Hanya dibutuhkan 3 langkah
mudah: Search, Mark, Apply dan program aplikasi idaman akan segera
dinstalasikan ke dalam komputer. Anda dapat mengaktifkan Synaptic di
System-Administration-Synaptic Package Manager.
Pertama, search program aplikasi
yang diinginkan. Kedua klik kanan program yang diinginkan dan pilih Mark for
Installation. Ketiga klik Apply pada toolbar. Dan program aplikasi akan
langsung diinstalasi berikut dependency-nya.
Selain cara di atas, ada juga cara
yang lebih efisien, mudah dan cepat untuk update dan instalasi melalui command
line. Buka terminal dan ketikkan perintah berikut.
* apt cache search
misalnya: apt cache search chess3d.
* sudo apt-get install
misalnya: sudo apt-get install chess3d.
Cara ini digunakan untuk distribusi
turunan Debian seperti Ubuntu. Selain perintah di atas, terdapat perintah yang
umum digunakan.
·
apt-get autoclean untuk menghapus file-file instalasi aplikasi
lama.
·
apt-get update untuk update source list repository
Ubuntu.
·
apt-get remove untuk menghapus program aplikasi yang
diinginkan.
·
apt-get remove –purge untuk menghapus program aplikasi
beserta konfigurasinya.nager.
·
apt-get –help untuk bantuan pemakaian Apt-get.
Jangan lupa untuk menyertakan Sudo
di depan perintah Apt-Get untuk mendapatkan hak menjalankan perintah tersebut.
Kemudian masukkan password Anda ketika diminta. Hal ini untuk mempraktekkan
cara berkomputer yang aman.
Untuk aplikasi sudah di download
untuk Linux Mint / Ubuntu selalu ber ekstense .deb, untukinstal file .deb di
Linux ada beberapa cara. Yang pertama dingan double click/Open. Akan tetapi
cara ini biasanya sering eror maka jika eror silahkan menggunakan cara yang
lain.
Cara yang lain yaitu melalui terminal :
1. Buka
Terminal
2. Letakkan
file di folder Document
3. Ketik : $
sudo dpkg -i namafile.deb
4. Masukkan
password root
5. Tunggu
loading/proses hingga selesai.
0 komentar:
Posting Komentar