Kamis, 05 Desember 2013

Migrasi IP jaringan dari IPv4 ke IPv6

 nama : scholastika f

nim    :13.230.0071

kelas  : 1p51

 

Migrasi IP Jaringan dari IPv4 ke IPv6


Di dunia jaringan internet kita tahu bahwa agar setiap perangkat bisa saling berhubungan atau berkomunikasi satu dengan lainnya, maka setiap perangkat dalam jaringan itu harus diberi alamat (address). Melalui pengalamatan yang unik inilah maka setiap perangkat dapat terhubung ke internet dan keberadaannya diketahui dari identitas alamatnya. Tanpa alamat atau identitas itu maka setiap perangkat dalam jaringan tidak akan dapat melakukan koneksi dan pertukaran informasi.
Alamat dimaksud tiada lain adalah Internet Protocol (IP) address. IP yang sehari-hari kita kenal hingga saat ini adalah IP versi 4 (IPv4). IPv4 yang diperkenalkan pada tahun 1981, dan kini jumlahnya kian menipis karena sebagian besar sudah dialoksikan dan gunakan oleh berbagai perangkat jaringan seperti Server, Router, Kartu-kartu jaringan NIC (Network Interface Card), Bandwidth Management, Firewall, Access Point/HotSpot, Switch/Hub, maupun perangkat lainnya seperti Komputer, Laptop, PDA, Hand Phone, dan sebagainya.
IPv4 akan Habis Terpakai Tahun 2011
IPv4 terdiri dari atas 32 bit yang dikelompokkan  ke dalam 4 segmen, yang setiap segmennya terdiri dari 8 bit dan masing-masing dibatasi dengan notasi titik. Contoh IPv4 adalah: 192.168.1.1. Karena IPv4 terdiri atas 32 bit maka jumlah keseluruhan atau total alamat IP yang dihasilkannya sebanyak 2 pangkat 32 (2^32), yaitu sekitar 4,29 milyar alamat. Dari jumlah itu diperkirakan ada 4 milyar alamat sudah digunakan oleh berbagai perangkat jaringan, sisanya hanya kurang lebih 7 persen saja, dan menurut perhitungan matematis diperkirakan akan habis pada akhir tahun 2011.
Jika alamat IPv4 habis maka pertumbuhan dan perkembangan jaringan internet beserta infrastrukturnya tentunya akan mengalami stagnasi. Untuk mengantisipasi hal ini maka IETF (Internet Engineering Task Force) sejak beberapa tahun yang lalu telah merancang IPv6 (Internet Protocol version 6) dan dimasukkan ke dalam Internet Standard di dokumen RFC nomor 2460 ITU (International Telecommunication Union).
Sekilas tentang IPv6
1. Pengalamatan
Alamat IP versi 6 (IPv6) adalah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IPv6. Tidak seperti IPv4 yang hanya terdiri 32 bit, maka panjang total IPv6 adalah 128-bit, dan oleh karena itu secara teoritis dapat mengalamati hingga 2^128 = 3,4 x 10^38  perangkat jaringan dan komputer di seluruh dunia. Total alamat yang sangat besar ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis, setidaknya hingga beberapa puluh tahun ke depan dan membentuk infrastruktur routing yang disusun secara hierarkis sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dan tabel routing.
Sama seperti halnya IPv4, IPv6 juga mengizinkan adanya DHCP Server sebagai pengatur alamat otomatis. Jika dalam IPv4 terdapat dynamic address dan static address, maka dalam IPv6 konfigurasi alamat dengan menggunakan DHCP Server dinamakan stateful address configuration, sementara jika konfigurasi alamat IPv6 tanpa DHCP Server dinamakan stateless address configuration.
Seperti halnya IPv4 yang menggunakan bit-bit pada tingkat tinggi (high-order bit) sebagai alamat jaringan dan bit-bit pada tingkat rendah (low-order bit) sebagai alamat host, dalam IPv6 juga terjadi hal yang serupa. Dalam IPv6 bit-bit pada tingkat tinggi akan digunakan sebagai tanda pengenal jenis alamat IPv6, yang disebut dengan Format Prefix (FP). Jika pada IPv4 ada Subnet Mask, maka pada IPv6 tidak ada Subnet Mask, yang ada hanyalah Format Prefix.
2. Fomat IPv6
Pada IPv6 alamat 128-bit dibagi ke dalam 8 blok berukuran 16-bit yang dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal berukuran 4-digit. Setiap blok bilangan heksadesimal dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Karenanya format notasi yang digunakan oleh IPv6 juga sering disebut dengan colon-hexadecimal format (:), berbeda dengan IPv4 yang menggunakan dotted-decimal format (.).
Berikut ini adalah contoh alamat IPv6 dalam bentuk bilangan biner:
001000011101101000000000110100110000000000000000001011110011101100000010101010100 00000001111111111111110001010001001110001011010
Untuk menerjemahkannya ke dalam bentuk notasi colon-hexadecimal format, angka-angka biner di atas harus dibagi ke dalam 8 buah blok berukuran 16-bit sebagai berikut: 0010000111011010   0000000011010011   0000000000000000   001011110011101100000010101010 10   0000000011111111   1111111000101000   1001110001011010
Kemudian setiap blok berukuran 16-bit tersebut harus dikonversikan ke dalam bilangan heksadesimal dan setiap bilangan heksadesimal tersebut dipisahkan dengan menggunakan tanda titik dua. Hasil konversinya adalah sebagai berikut:
21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A
3. Penyederhanaan Format
Alamat IPv6 di atas juga dapat disederhanakan lagi dengan membuang angka 0 pada awal setiap blok yang berukuran 16-bit dengan menyisakan satu digit terakhir. Dengan membuang angka 0, alamat di atas disederhanakan menjadi: 21DA:D3:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A
Konvensi pengalamatan IPv6 juga mengizinkan penyederhanaan alamat lebih jauh lagi, yaitu dengan membuang banyak karakter 0 pada sebuah alamat yang banyak angka 0 nya. Jika sebuah alamat IPv6 yang direpresentasikan dalam notasi colon-hexadecimal format mengandung beberapa blok 16-bit dengan angka 0, maka alamat tersebut dapat disederhanakan dengan menggunakan tanda dua buah titik dua (:). Untuk menghindari kebingungan, penyederhanaan alamat IPv6 dengan cara ini sebaiknya hanya digunakan sekali saja di dalam satu alamat, karena kemungkinan nantinya pengguna tidak dapat menentukan berapa banyak bit 0 yang direpresentasikan oleh setiap tanda dua titik dua (:) yang terdapat dalam alamat tersebut.
Misalnya alamat aslinya adalah: FE80:0000:0000:0000:02AA:00FF:FE9A:4CA.
Selanjutnya disederhanakan menjadi: FE80:0:0:0:2AA:FF:FE9A:4CA2.
Jadi alamat yang telah dikompresi menjadi: FE80:2AA:FF:FE9A:4CA2.
Untuk menentukan berapa banyak bit bernilai 0 yang dibuang dan digantikan dengan tanda dua titik dua, maka kita dapat menghitung berapa banyak blok yang tersedia dalam alamat tersebut yang kemudian dikurangkan dengan angka 8, dan angka tersebut dikalikan dengan 16. Sebagai contoh alamat FF02::2 hanya mengandung dua blok alamat (blok FF02 dan blok 2). Maka jumlah bit yang dibuang adalah: (8-2) x 16 = 96 buah bit.
4. Format Prefix
Dalam IPv4 sebuah alamat dalam notasi dotted-decimal format dapat direpresentasikan dengan menggunakan angka prefiks yang merujuk kepada subnet mask. IPv6 juga memiliki angka prefiks tapi tidak didugnakan untuk merujuk kepada subnet mask, karena seperti telah dikemukakan di atas, IPv6 memang tidak mendukung subnet mask. Prefiks adalah sebuah bagian dari alamat IP, di mana bit-bit memiliki nilai-nilai yang tetap atau bit-bit tersebut merupakan bagian dari sebuah rute atau subnet identifier.
Prefiks dalam IPv6 direpesentasikan dengan cara yang sama seperti halnya prefiks alamat IPv4, yaitu [alamat]/[angka panjang prefiks]. Panjang prefiks menentukan jumlah bit terbesar paling kiri yang membuat prefiks subnet. Sebagai contoh, prefiks sebuah alamat IPv6 dapat direpresentasikan sebagai adalah: 3FFE:2900:D005:F28B::/64. Pada contoh ini 64 bit pertama dari alamat tersebut dianggap sebagai prefiks alamat, sementara 64 bit sisanya dianggap sebagai interface ID.
5. Jenis-jenis Pengalamatan IPv6
IPv6 mendukung beberapa jenis format prefix, yaitu untuk: (1) Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point, secara langsung antara dua host dalam sebuah jaringan, (2) Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan sebuah paket data ke banyak host yang berada dalam group yang sama, seperti dalam komunikasi one-to-many, dan (3) Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data kepada anggota terdekat dari sebuah group, seperti dalam komunikasi one-to-one-of-many, juga digunakan hanya sebagai alamat tujuan (destination address) dan diberikan hanya kepada router, bukan kepada host-host biasa.
Jika dilihat dari cakupan alamatnya, alamat unicast dan anycast terbagi menjadi alamat-alamat berikut: (1) Link-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam satu subnet, (2) Site-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam sebuah intranet, dan (3) Global Address, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam Internet berbasis IPv6.
Proses Migrasi dan Masa Transisi
Kelak jika alokasi IPv4 habis terpakai dan digantikan oleh IPv6 maka perangkat jaringan berbasis IPv4 tidak dapat berhubungan dengan perangkat berbasis IPv6. Agar hal seperti ini tidak terjadi, maka selama masa transisi ini IPv6 dan IPv4 akan dijalankan bersama-sama yang dikenal dengan nama Dual Stack. Jadi misalnya komputer dan perangkat jaringan berbasis IPv4 dan IPv6 dijalankan secara bersamaan sehingga jaringan dapat terkoneksi ke jaringan IPv4 dan secara bersamaan juga dapat terhubung ke jaringan berbasis IPv6.
Di tingkat dunia tanpa kita rasakan sebenarnya sudah banyak server penyedia konten laris seperti Google, Yahoo, dan yang lainnya, sudah mulai melakukan migrasi secara bertahap dari IPv4 ke IPv6. Demikian pula di Indonesia, sejumlah operator jaringan dan ISP (Internet Service Provider) sudah memulai proses pengalihan dari IPv4 ke IPv6.
Indonesia Network Information Center (IDNIC) lembaga pengelola alokasi IP Address di Indonesia, telah memberikan berbagai kemudahan kepada lembaga atau perusahaan yang masih menggunakan IPv4 untuk mengajukan permohonan alokasi IPv6 tanpa biaya.
Migrasi yang dilakukan baik disisi penyedia (server) maupun pengguna (users) tidak akan menjadi masalah karena selain masih menggunakan Dual Stack juga kebanyakan Sistem Operasi (Operating Systems) seperti Windows, Mac-OS, dan Linux sudah mendukung sepenuhnya proses migrasi tersebut, sehingga kedepan diharapkan semua sistem dapat berjalan sepenuhnya dengan IPv6.
Implikasi
Implikasi dari proses migrasi ini ada dua hal yang perlu kita waspadai: Pertama, jika kita berniat membeli perangkat elektronik yang berhubungan dengan jaringan internet (Telepon Seluler, Notebook, Netbook, PC, Tablet, Game Console, HDTV, Router, Hub, Switch, dsb) maka hendaknya yang sudah mendukung IPv6 agar tidak menimbulkan masalah kelak di kemudian hari. Sebelum membeli sebaiknya mencari informasi di internet atau tanyakan langsung pada penjualnya apakah peragkat yang hendak dibeli sudah mendukung IPv6 atau belum.
Kedua, yang perlu kita perhatikan ialah jangan sampai kita, karena lupa atau karena menyenanginya misalnya,  tetap mempertahankan perangkat (gadget) lama ber- IPv4, kecuali memang tidak untuk keperluan berselancar di internet.  Sebab jika masa transisi habis, artinya sistem Dual Stack tidak diberlakukan lagi di  jaringan internet, dan artinya pula semua jaringan internet sudah sepenuhnya beralih dan berjalan di IPv6, maka perangkat jaringan (termasuk gadget kita) yang masih ber-IPv4 tidak akan dapat kita gunakan lagi untuk berselancar di jaringan  internet ber-IPv6.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal ini,  maka dari sekarang sebaiknya segeralah beralih ke perangkat, terutama perangkat yang berhubungan dengan jaringan internet, yang sudah mendukung (support) IPv6. Kelak jika suatu saat IPv6 diberlakukan secara penuh di seluruh jaringan internet, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, aktivitas kita berselancar di internet dapat berlangsung mulus tanpa terputus.

0 komentar:

Posting Komentar